Tanpa bermaksud menghakimi, airmata bukanlah hanya milik makhluk indah bernama perempuan. Mereka, yang dengan kelembutan dan keindahan hati dan rupanya, bukanlah pemilik tunggal airmata. Airmata adalah milik siapa saja, termasuk kaum pria. Walaupun ada slogan, ego, dan nilai yang ditanamkan sejak zaman prasejarah bahwa lelaki pantang menangis, siapa yang bisa membantah bahwa laki-laki juga dilahirkan dengan kelenjar air mata, dengan hati, yang juga bisa menangis kapanpun, dalam hal apapun. Memang benar, laki-laki haruslah jadi kuat, karena sudah fitrah seorang laki-laki untuk memimpin dan melindungi, terlepas dari masalah gender. Namun salahkah bila laki-laki menangis? Salahkah jika laki-laki meneteskan airmata, sebagai ekspresi kesdihan, sebagai pertanda bahwa ia juga masih manusia, yang pikiran dan hatinya juga bisa serapuh kaca?
Sejak kecil, laki-laki sudah dididik untuk tidak menangis. Jikalau seorang anak laki-laki jatuh dan menangis, sangat jarang seorang ayah akan menentramkan si anak. "Jangan menangis," itulah yang akan dikatakannya. Sebaliknya jika anak perempuan yang menangis, orangtua akan dengan sabar mendendangkan rayuan, pujian, agar anaknya berhenti menangis. Apakah si anak laki-laki pernanh menggugat? Rasanya tidak, karena batinnya sudah terlanjur tertoreh pesan, bahwa ia tidak boleh menangis dalam situasi apapun.
Semakin besar, si anak akan bersama tumbuh bersama teman sebayanya, yang juga dididik dengan ajaran yang sama: tidak boleh ada airmata yang kau keluarkan. Bertengkar, berkelahi, tidak akan ada yang menangis, bahkan jika ia kalah dan luka-luka. Yang menangis akan disebut cengeng, lemah, padahal ia secara fisik dan mental telah tersakiti dengan amat.
Beranjak remaja, anak laki-laki akan semakin mencoba menunjukkan bahwa ia sudah bukan balita lagi. Ia akan menunjukkan pribadinya sebagai laki-laki, yang jantan, dengan gagah mampu melindungi sekelilingnya. "Yang pantas menangis hanya wanita. Dan aku adalah pelindung wanita. Menangis adalah dosa buatku."
Jadi sekarang ia sudah pemuda. Ia nantinya akan mencari jalannya sendiri, yang semakin menebalkan pelupuk matanya, mengkorosi airmatanya menjadi asam, membuat matanya perih bahkan untuk sekedar tergenangi airmata. Apalagi jika dia masuk militer. Mungkin prinsipnya ia lebih memilih buta dari pada menangis.
Aku juga lelaki. Aku juga menangis. Langsung atau tidak langsung. Secara tidak langsung aku akan menggubah berbagai pekerjaan, menyelesaikan yang tertunda, mengakhiri yang belum jelas, apapun, untuk membuat mataku terlalu sibuk untuk menangis. Namun bila aku sudah tak mampu untuk menahannya, aku akan menenggelamkan diriku dan menangis dalam air, atau aku pergi ke kamar mandi dan menangis di antara siraman tirta, atau berdiam diri di bawah hujan, dan menangis bersamanya. Aku akan terus menangis, sendiri, tanpa orang lain yang menyaksikan, supaya aku puas menangis dan bermandi airmata.
Salahku aku?
Aku tidak tahu. Seperti sekarang. Aku menangisi hatiku yang hilang, karena kehilangan separuhnya yang terenggut. Saat ini aku menangis langsung dan tidak langsung, menangis dan menulis, untuk memberikan kedamaian pada hatiku. Karena hatiku tahu, bagiannya yang hilang takkan pernah kembali. Aku sudah berlari, berteriak, memaki, mencerca, namun aku tetap tak bisa menahan airmata ini untuk keluar. Airmata ini mungkin sudah berkerak, sangat menyakitkan untuk dikeluarkan, tapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin menangis, tak lebih dari itu. Aku menulikan telingaku dan membutakan mataku dari hinaan dan cibiran manusia. Siapa mereka? Apakah mereka memahami sakit hatiku?
Kuakhiri namun tak berakhir, kuhindari hati tak ingin berpisah. Petikan lagu melankolis dari Rossa itu menyayat hatiku, mengingatkanku pada cintaku yang hilang dan tak sampai. Semoga Tuhan memberiku ketabahan, dan kekuatan. Biarkanlah airmata ini mengalir, agar diri ini tersapu dan terbebas dari dinding-dinding kesendirian dalam ruang-ruangnya yang kosong. Semoga tatkala airmata ini berhenti, hakikatku akan kembali dan membentukku menjadi manusia yang baik hati lagi.
Namun untuk saat ini biarkanlah aku menangis....