Rasanya aku bagaikan gelas kosong, jam yang telah berhenti berdetak. Saat aku tidak memiliki lagi tirta di diriku, orang sudah tak mempedulikanku. Saat aku tak lagi menunjukkan waktu, aku ditaruh di sudut terpencil dalam ruangan.
Sekali lagi aku merasa tertinggal, berada dalam urutan terbawah. Aku masih lumpuh dan terjatuh, di saat orang lain lari melesat mendahuluiku. Aku jauh berada di belakang. Mungkin aku akan jadi orang terakhir yang hidup dii dunia, menikmati seratus tahun kesendirian, sepi di antara belulang kesunyian. Hanya sendiri, tanpa zat lain.
Aku sudah berusaha. Kalau kau bilang itu belum cukup, bolehlah kukatakan aku sudah bermandi darah selama ini. Aku sudah mengerahkan segalaku untuk merebut hadiah itu: cita-cita yang sudah lama kugenggam dalam ingatan, tertulis dalam mimpi-mimpi dan terngiang dalam gema di kalbuku.
Sekali lagi, ia pergi.
Jadi, mengapa aku mesti murung begini? Apakah ada yang salah denganku? Apa aku sudah begitu teracuni oleh keputusasaan? Apa aku sudah tak bisa membedakan lagi diriku dengan khayalan tokoh-tokoh melodrama yang entah kutemui dalam buku atau layar, sehingga apa yang kukatakan menjadi sedemikian melodramatis dan cengeng?
Wakaranai....
Mungkin saja, aku sudah gila....
Benar sekali. Tepat! Aku memang sudah gila. Itu adalah penjelasan terlogis dari apa yang kurasakan selama ini. Kalau benar begitu, bukankah aku bisa menjadi pionir, pengukir sejarah, sebagai orang gila pertama yang sadar bahwa dirinya gila? Hahaha....
Hell, yeah....
Yang kuinginkan mungkin sekarang hanyalah kehampaan. Aku perlu masuk ke dalam kepompong pemikiranku lagi. Tubuhku sudah memanas, aku harus terbakar dan terlahir menjadi phoenix yang muncul dari sela-sela abu. Atau mungkin, aku hanya perlu melihat wajah-wajah orang terkasihku. Aku harus pulang.
Intinya, biarlah coretan ini tetap menjadi coretan. Bagi yang membacanya, memoar ini bukanlah sesuatu yang penting. Abaikan saja bila mau, namun tetapkan sebuah kalimat untuk diingat bila kau rasa berguna.
berjalan di atas jalanku,
Ibu, apa kau dengar aku
menatap dengan mata dan tubuhku
Ayah, apa kau lihat aku
mengingatmu dalam hitam dan putih
aku ingin pulang....