Thursday, 18 April 2013

Hampa dan kosong

Kadang ada yang berpikir, life is hard, let's just give up. Hidup itu berat, menyerah saja yuk. Waktu banyak kejadian buruk menimpa kita, rasanya cuma ada satu keinginan: keluar dari atmosfer mencekik di sekeliling kita. Semua punya masalahnya sendiri, bayi, pemuda, orangtua, lansia, pelajar, pekerja, pebisnis, siapapun dia. Takaran masalah bisa berbeda-beda tapi tetap membuahkan satu keadaan: pikiran pusing.

So, aku sendiri sedang berpikir, apa yang mau kukejar selama tahun-tahun ke depan? Pekerjaan? Keluarga? Ketenaran? Keberhasilan? Apa? Euforia berkompetisi yang dulu membakarku kini sudah padam, rasanya menjalani hari ke hari saja sudah berat. Kalau menuruti hasrat, rasanya aku ingin jadi seorang hikkikomori. Tahu kan, orang yang tidak pernah bergaul. Seumur hidupnya hanya berkurung di zona nyamannya, dalam arti sebenarnya. Hanya mendekam di kamar, tidak berinteraksi sosial, menghindari hubungan, hidup dalam dunianya sendiri.

Ironic ....

Kukira setiap orang pasti pernah merasakan perasaan seperti yang kurasakan sekarang, tatkala tidak ada sesuatu yang membuat kita menggebu dan bersemangat, membuat kita punya tujuan untuk dikejar, membuat kita rela jatuh bangun demi menggapai mimpi itu. Saat ini rasanya berada dalam ruang putih, seperti Squidward yang ditemani kata-kata: sendirian ....

Tidak tahu sampai kapan akan begini, tapi, ini pasti salah satu fase yang harus kuhadapi. Well, anggap saja ini masa transisi, peralihan, pencarian, bahwa sebelum kita sampai di tujuan, kita harus menentukan rute yang benar terlebih dahulu.Anggap saja kita sedang melihat peta dan baru mereka-reka ke mana kita harus menuju. Sulit ya, hati pasti plin-plan dan ujung-ujungnya pasti malas. Demo ne, aku ingin hidupku berharga. Aku ingin hidupku bermanfaat. Aku ingin menghidupkan hidupku. Kalau kehampaan sementara ini harus kutaklukkan, aku akan menaklukkannya. Aku akan melihat ambisi-ambisi lamaku dan menyuntikkan mimpi-mimpi baru ke urat nadiku. Aku ingin merasakan perasaan berdebar itu lagi, aku ingin merasakan telapak tangan yang gatal itu lagi saat mimpiku sudah hampir mencapai kenyataan.

Sampai saat itu tiba, aku dan kehampaan, mari kita berbincang dan minum teh dulu.



Balikpapan, 19 April 2013
9.40 am

Saturday, 13 August 2011

Just Words

Sekali lagi, rasanya waktu berputar lama sekali....

Rasanya aku bagaikan gelas kosong, jam yang telah berhenti berdetak. Saat aku tidak memiliki lagi tirta di diriku, orang sudah tak mempedulikanku. Saat aku tak lagi menunjukkan waktu, aku ditaruh di sudut terpencil dalam ruangan.

Sekali lagi aku merasa tertinggal, berada dalam urutan terbawah. Aku masih lumpuh dan terjatuh, di saat orang lain lari melesat mendahuluiku. Aku jauh berada di belakang. Mungkin aku akan jadi orang terakhir yang hidup dii dunia, menikmati seratus tahun kesendirian, sepi di antara belulang kesunyian. Hanya sendiri, tanpa zat lain.

Aku sudah berusaha. Kalau kau bilang itu belum cukup, bolehlah kukatakan aku sudah bermandi darah selama ini. Aku sudah mengerahkan segalaku untuk merebut hadiah itu: cita-cita yang sudah lama kugenggam dalam ingatan, tertulis dalam mimpi-mimpi dan terngiang dalam gema di kalbuku.

Sekali lagi, ia pergi.

Jadi, mengapa aku mesti murung begini? Apakah ada yang salah denganku? Apa aku sudah begitu teracuni oleh keputusasaan? Apa aku sudah tak bisa membedakan lagi diriku dengan khayalan tokoh-tokoh melodrama yang entah kutemui dalam buku atau layar, sehingga apa yang kukatakan menjadi sedemikian melodramatis dan cengeng?

Wakaranai....

Mungkin saja, aku sudah gila....

Benar sekali. Tepat! Aku memang sudah gila. Itu adalah penjelasan terlogis dari apa yang kurasakan selama ini. Kalau benar begitu, bukankah aku bisa menjadi pionir, pengukir sejarah, sebagai orang gila pertama yang sadar bahwa dirinya gila? Hahaha....

Hell, yeah....

Yang kuinginkan mungkin sekarang hanyalah kehampaan. Aku perlu masuk ke dalam kepompong pemikiranku lagi. Tubuhku sudah memanas, aku harus terbakar dan terlahir menjadi phoenix yang muncul dari sela-sela abu. Atau mungkin, aku hanya perlu melihat wajah-wajah orang terkasihku. Aku harus pulang.

Intinya, biarlah coretan ini tetap menjadi coretan. Bagi yang membacanya, memoar ini bukanlah sesuatu yang penting. Abaikan saja bila mau, namun tetapkan sebuah kalimat untuk diingat bila kau rasa berguna.

berjalan di atas jalanku,
Ibu, apa kau dengar aku
menatap dengan mata dan tubuhku
Ayah, apa kau lihat aku
mengingatmu dalam hitam dan putih
aku ingin pulang....

Saturday, 2 July 2011

My Life

Well, here I am. Alone, deserted, not much great as I used to be. Simply life is so boring and it sucks lately. Sorry, bad word, but it truly depicts what I am feeling right now.

I find out my life is dull and a bit useless right now. I don't know it is because I have no challenging to do lately, my thesis is stuck, or I am quite envious with others' achievement. Hell yes! I feel like I am so far left behind by my friend.

See, let's check the first case. I don't have much thing to do right now. I don't have class no more, I meet my friends seldom, and all I just do almost every day is teaching in a course place. Okay, I like teaching there, but honestly, I don't love it. Teaching is not my thing, I am not really into it. I don't really like being in a classroom, surrounded by many ignorant and filthy children who think they are not idiot. Gosh....

Second of all, my thesis is quite in a dead-end for now. Since I had to go to Semarang for attending that debate competition as an adjudicator which, although great, dismissed my chance to have my first seminar done earlier. Now, the last examiner to go is still in Grogot, and i have to wait for next week to have my proposal examined by him. What a long, terrible waiting to do....

Last, when other people achieve what they dream: Habul goes to states, Mba Ayu works in a bank, Mr Malik gets promoted as permanent staff, and someone is married out there, well, I am here, nothing. I may make an excuse, I am still dealing with thing. However, it is so terrible that I feel lost. I am going nowhere. I am scared of my own path and future.

Feel like old person in my youth (I am still 21!) :(

Wish I could have something to chase, not likely this would happen to me. I need recharge, for passion and patience. I need to rebirth, now and then. Well, the end of this month will be a start for Ramadhan. May I get enlightenment in that holy month....

Monday, 7 March 2011

Dinding-Dinding Kesendirian Dalam Ruang-Ruang Kosong (Airmata Laki-Laki)


Tanpa bermaksud menghakimi, airmata bukanlah hanya milik makhluk indah bernama perempuan. Mereka, yang dengan kelembutan dan keindahan hati dan rupanya, bukanlah pemilik tunggal airmata. Airmata adalah milik siapa saja, termasuk kaum pria. Walaupun ada slogan, ego, dan nilai yang ditanamkan sejak zaman prasejarah bahwa lelaki pantang menangis, siapa yang bisa membantah bahwa laki-laki juga dilahirkan dengan kelenjar air mata, dengan hati, yang juga bisa menangis kapanpun, dalam hal apapun. Memang benar, laki-laki haruslah jadi kuat, karena sudah fitrah seorang laki-laki untuk memimpin dan melindungi, terlepas dari masalah gender. Namun salahkah bila laki-laki menangis? Salahkah jika laki-laki meneteskan airmata, sebagai ekspresi kesdihan, sebagai pertanda bahwa ia juga masih manusia, yang pikiran dan hatinya juga bisa serapuh kaca?

Sejak kecil, laki-laki sudah dididik untuk tidak menangis. Jikalau seorang anak laki-laki jatuh dan menangis, sangat jarang seorang ayah akan menentramkan si anak. "Jangan menangis," itulah yang akan dikatakannya. Sebaliknya jika anak perempuan yang menangis, orangtua akan dengan sabar mendendangkan rayuan, pujian, agar anaknya berhenti menangis. Apakah si anak laki-laki pernanh menggugat? Rasanya tidak, karena batinnya sudah terlanjur tertoreh pesan, bahwa ia tidak boleh menangis dalam situasi apapun.

Semakin besar, si anak akan bersama tumbuh bersama teman sebayanya, yang juga dididik dengan ajaran yang sama: tidak boleh ada airmata yang kau keluarkan. Bertengkar, berkelahi, tidak akan ada yang menangis, bahkan jika ia kalah dan luka-luka. Yang menangis akan disebut cengeng, lemah, padahal ia secara fisik dan mental telah tersakiti dengan amat.

Beranjak remaja, anak laki-laki akan semakin mencoba menunjukkan bahwa ia sudah bukan balita lagi. Ia akan menunjukkan pribadinya sebagai laki-laki, yang jantan, dengan gagah mampu melindungi sekelilingnya. "Yang pantas menangis hanya wanita. Dan aku adalah pelindung wanita. Menangis adalah dosa buatku."

Jadi sekarang ia sudah pemuda. Ia nantinya akan mencari jalannya sendiri, yang semakin menebalkan pelupuk matanya, mengkorosi airmatanya menjadi asam, membuat matanya perih bahkan untuk sekedar tergenangi airmata. Apalagi jika dia masuk militer. Mungkin prinsipnya ia lebih memilih buta dari pada menangis.

Aku juga lelaki. Aku juga menangis. Langsung atau tidak langsung. Secara tidak langsung aku akan menggubah berbagai pekerjaan, menyelesaikan yang tertunda, mengakhiri yang belum jelas, apapun, untuk membuat mataku terlalu sibuk untuk menangis. Namun bila aku sudah tak mampu untuk menahannya, aku akan menenggelamkan diriku dan menangis dalam air, atau aku pergi ke kamar mandi dan menangis di antara siraman tirta, atau berdiam diri di bawah hujan, dan menangis bersamanya. Aku akan terus menangis, sendiri, tanpa orang lain yang menyaksikan, supaya aku puas menangis dan bermandi airmata.

Salahku aku?

Aku tidak tahu. Seperti sekarang. Aku menangisi hatiku yang hilang, karena kehilangan separuhnya yang terenggut. Saat ini aku menangis langsung dan tidak langsung, menangis dan menulis, untuk memberikan kedamaian pada hatiku. Karena hatiku tahu, bagiannya yang hilang takkan pernah kembali. Aku sudah berlari, berteriak, memaki, mencerca, namun aku tetap tak bisa menahan airmata ini untuk keluar. Airmata ini mungkin sudah berkerak, sangat menyakitkan untuk dikeluarkan, tapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin menangis, tak lebih dari itu. Aku menulikan telingaku dan membutakan mataku dari hinaan dan cibiran manusia. Siapa mereka? Apakah mereka memahami sakit hatiku?

Kuakhiri namun tak berakhir, kuhindari hati tak ingin berpisah. Petikan lagu melankolis dari Rossa itu menyayat hatiku, mengingatkanku pada cintaku yang hilang dan tak sampai. Semoga Tuhan memberiku ketabahan, dan kekuatan. Biarkanlah airmata ini mengalir, agar diri ini tersapu dan terbebas dari dinding-dinding kesendirian dalam ruang-ruangnya yang kosong. Semoga tatkala airmata ini berhenti, hakikatku akan kembali dan membentukku menjadi manusia yang baik hati lagi.

Namun untuk saat ini biarkanlah aku menangis....

Wednesday, 26 January 2011

Hari ini dan hari-hari sebelumnya mungkin sama, aku masih tidak bisa tidur lebih cepat. Sudah hampir sebulan ini pola tidurku berubah. Jauh dalam hati sebenarnya aku miris, kapan aku bisa tidur normal seperti yang dulu selalu digariskan di buku pelajaran Bahasa Indonesia atau PPKn (sekarang PKn): jam 10 malam. Sedih rasanya. Sekarang jam 1 atau 2 an baru bisa tidur....

Anyway, aku jadi blank.... Kenapa ya, akhir-akhir ini aku suka begitu. Apakah ada yang tidak beres dengan otakku? Mungkin. Rasanya malah hampir pasti. Aku bergeser jadi manusia yang tidak taat, pada aturan-aturan yang kuberlakukan pada diriku sendiri. Rasanya aku jadi asing sendiri dengan diriku.

Mulai merasa kosong. Padahal sepuluh menit lalu aku punya banyak sekali untuk diceritakan, emosi itu begitu bertumpuk dan ingin meledak keluar. Sekarang, emosi itu hilang bagai asap. Ilustrasi: drolling Patrick....

Oke, sepertinya aku harus menghentikan kehampaanku ini. Untungnya Jantera Bianglala dan Romance In The rain sudah selesai kuunduh semua. Mungkin aku akan langsung mencoba tidur saja. Besok, aku harus tidur pas jam 11!!!!

Friday, 22 October 2010

Receiving rain, and drizzle

Dear Diary,

There is hot rain outside. You know, rain under the heat of sunshine. It has been a long time I have not had this weather. Chilly but hotty at the same time. Yeah, I am not sure about it, but people say that hot rain like this indicates an old man or woman have died. well, that's the mysticism, but aside from that, just let myself praise Allah SWT for this kind of weather Allah's given. I do worship Allah.

well, then. My life lately is just like floating wood in the middle of the ocean. To be frank, I am feeling numb and blunt, not mentioning bleak. I just feel my life has no objective, companions, and challenge that keep me up from boring syndrome. Honestly, I have lots of things to finish, but I just let myself mingle around with something not really productive.

My life needs something different. I just feel my time is wasted with nothing flow for it. I don't say it is totally money I am expecting, I do expect it, but life lately has no meaning for me.

NUMB

I just can prevent myself for being slushed by what you say irresponsibility. My tasks are waiting for me and I ignore them. What an attitude.

Dear Diary,

How should I cope with this kind of condition. I just don't feel myself comfortable with my life. I want to have some refreshment but I am afraid I can't get rid of it once the time has come to dismiss it. In return, I will be just fantasizing being trapped in my eternal holiday.

Humans need to search the meaning of their life. I have not met it yet. Still searching for something worth frighting for.

Let me fly to the realm of unconsciousness, because maybe on the floor of reality I can figure out what to do to exhale myself from suffering I am having.

Receiving rain, and drizzle....

Wednesday, 18 August 2010

About Time To Leave

My Dearest Diary,

It has been almost two months I have passed here, in a village. due to the fact that I am having my underjob training here, I am staying in Desa Semangko.

Well, that's too usual, but you know what I am going to stay. I am living in a house with six other people and I can say it is totally uneasy to deal with them. Just imagine, seven heads ought to be blended into one is such an extreme idea ever invented and they must create something to help social change in a small village which electricity does not even appear for 24 hours.

i'm mad, stressed, and sometimes depressed here. I can't find someone which I can rely depend on and share problems with. I can say living here is quite the same torture as I had in Briton. Hehe...

But if I can say, I have been close with them now. We, especially I, have never felt this close with them. Ironically, we become like this in the rest of our days here....

My Dearest Diary,
I do miss my life in Balikpapan and I am longing to be with my family again, but as you know, I still have some missions to be done here. I just have around 11 days remaining to gain strength and do the working plans. So miserable, but it is quite challenging though if I think about it deeper.

honestly, I don't feel that our time here is so qualified. We spent too much time not doing anything, just laying lazily and eating and sleeping. Gosh.....

nevertheless, let's inspire ourselves to do better than this. Hope in these remaining days we can finish the working plans and go back to our own life. Though it is bad sometimes, I do hop our friendship can stay alive forever. I will never forget this time of my life. Being here with them is such a wonderful experience.

:)

Thanks for sharing. I will be right back later and bring you upcoming news.